Memikir Kembali Istilah Sukla

Dipostkan pada 2017-03-29 oleh Admin

Dalam istilah Bali, dikenal istilah sukla yang seingat hingga kini disamakan artinya dengan suci. Dalam beberapa kali kesempatan saat upacara di pura, dikenalkan bahwa air kelapa adalah sukla. Demikian pun diperkenalkan dengan istilah sukla-brahmacari, orang suci, brahmana suci dan terkait lainnya. Dahulu, tidak pernah ada pertanyaan, itu pun ketika tidak banyak data yang teringat atau terketahui.

Belakangan ketika fakta dan data mencukupi, ditambah dengan pengalaman kuliah terkait dengan mikroba, dan ini terkait dengan definisi higienis hingga steril, maka memunculkan pemaknaan baru terhadap sukla. Sukla secara ilmiah sepadan dengan steril. Jika digunakan istilah steril maka dapat diterapkan untuk air kelapa, karena realitanya air kelapa memang steril atau bebas mikroba. Ini menjadikan logis bahwa orang-orang dulu menggunakan air kelapa sebagai pengganti infus walaupun di kemudian hari tidak pernah disarankan dokter terkait potensi penyumbatan pembuluh darah oleh partikel berukuran besar dalam air kelapa.

Hal lain kini menjadi menjadi meragukan, terkait definisi orang suci. Karena kondisi orang berubah terus maka istilah suci tidak lantas menjadikan orang suci sepanjang waktu. Di lain sisi, parameter untuk menyebut manusia sebagai orang suci harus diperjelas, apakah karena belajar "agama" lantas disebut suci ataukah kepemilikan pengetahuan mumpuni lantas dapat disebut suci. Terlebih lagi ada kasus dimana tingkah orang berklaim suci tidak patut diteladani atau malah orang berklaim suci tidak memiliki ketahanan menjalani hidup. Kesimpangsiuran ini menjadikan sangat tidak pasti membahas sukla untuk manusia dengan segala sifat-sifatnya.

Sesuatu yang jelas dan bermakna diberi pelabelan sukla tentunya adalah makanan, minuman dan alat-alat terkait dengan kadar mikroba. Sukla dapat disepadankan dengan steril sementara tingkat higienis bisa disepadankan dengan tingkat sukla, karena steril adalah kondisi higienis tertinggi.

Pemikiran sukla berdasarkan kadar mikroba nantinya berguna dalam memperbaiki beberapa tata cara sembahyang maupun tata cara berkehidupan agar dapat diperoleh tingkat keamanan setinggi-tingginya terhadap mikroba dan menghindarkan kejadian-kejadian yang memudarkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem kehidupan.

SB