Kepergian Dari Kelompok

Dipostkan pada 2025-01-04 oleh Admin
Kepergian dari kelompok adalah karma yang dibahas dan terjadi beberapa kali di Bali dan terjadi juga di kelompok lain. Di Bali, salah satu contohnya adalah perubahan agama, kepergian dari desa adat, kepergian dari keluarga dan kejadian lain.
Kepergian dari kelompok, jika dimulai dari faktor luar, termasuk karma invasi ke dalam kekuasaan objek lain. Ini akan menimbulkan dampak perlawanan. Jadi, jika seseorang dipaksa berganti agama karena faktor kekuasaan, memaksa mencantumkan agama islam ke dalam KTP terhadap umat beragama lain, atau memaksa orang mencantumkan agama Hindu kepada umat agama lain, akan menimbulkan dampak perlawanan yang intensitasnya membesar di masa depan sampai karma itu lunas.
Kepergian dari kelompok harus dilihat juga dari diri kelompok. Anggota kelompok dapat memilih karma berdasarkan situasi di kelompoknya. Jika situasi di kelompok nyaman dan memberi kesempatan hidup tinggi, di manapun dia saat ini, dia akan balik ke kelompoknya. Secara kalkulasi, jika orang akan memilih yang memberi keberlangsungan hidup daripada yang membuat hidup semakin stress dan waswas.
Kehidupan di desa adat yang menyatu dengan agama Hindu Bali saat ini, kepemilikan lahan sifatnya pribadi dan semua operasional terkait adat / agama Hindu Bali adalah urunan warganya. Adat dan agama Hindu Bali, secara fakta tidak memberi penghidupan yang nyata, baik berupa sebidang tanah untuk rumah dan tempat tinggal, bahkan memberi sebungkus nasi untuk makan selama kegiatan adat / agama pun tidak. Justru uang makan warga yang terpakai selama kegiatan agama /adat berlangsung.
Warga justru memperoleh dana untuk sebidang tempat tinggal dan makan serta biaya hidup lainnya dari kelompok lain.
Ini adalah sebuah karma yang berdampak pasti berupa keluarnya warga satu persatu dari kelompok adat Bali / Hindu Bali.
SB
Kepergian dari kelompok, jika dimulai dari faktor luar, termasuk karma invasi ke dalam kekuasaan objek lain. Ini akan menimbulkan dampak perlawanan. Jadi, jika seseorang dipaksa berganti agama karena faktor kekuasaan, memaksa mencantumkan agama islam ke dalam KTP terhadap umat beragama lain, atau memaksa orang mencantumkan agama Hindu kepada umat agama lain, akan menimbulkan dampak perlawanan yang intensitasnya membesar di masa depan sampai karma itu lunas.
Kepergian dari kelompok harus dilihat juga dari diri kelompok. Anggota kelompok dapat memilih karma berdasarkan situasi di kelompoknya. Jika situasi di kelompok nyaman dan memberi kesempatan hidup tinggi, di manapun dia saat ini, dia akan balik ke kelompoknya. Secara kalkulasi, jika orang akan memilih yang memberi keberlangsungan hidup daripada yang membuat hidup semakin stress dan waswas.
Kehidupan di desa adat yang menyatu dengan agama Hindu Bali saat ini, kepemilikan lahan sifatnya pribadi dan semua operasional terkait adat / agama Hindu Bali adalah urunan warganya. Adat dan agama Hindu Bali, secara fakta tidak memberi penghidupan yang nyata, baik berupa sebidang tanah untuk rumah dan tempat tinggal, bahkan memberi sebungkus nasi untuk makan selama kegiatan adat / agama pun tidak. Justru uang makan warga yang terpakai selama kegiatan agama /adat berlangsung.
Warga justru memperoleh dana untuk sebidang tempat tinggal dan makan serta biaya hidup lainnya dari kelompok lain.
Ini adalah sebuah karma yang berdampak pasti berupa keluarnya warga satu persatu dari kelompok adat Bali / Hindu Bali.
SB