Perkembangan Jiwa

Dipostkan pada 2025-01-04 oleh Admin
Belajar terkait jiwa, dilakukan dengan menyesuaikan sifat manusia dan mahluk lain dengan perkembangan terlihat /tersaksikan dari manusia dan.mahluk hidup lain. Bahkan setiap objek di semesta dapat disaksikan untuk dapat mengerti perkembangan jiwa atau inti yang mendasari terbentuknya suatu objek.

Secara visual, objek berkembang dari benihnya yang diperoleh dari objek sebelumnya yang dikenal dengan istilah keturunan /peranakan.

Secara normal, setiap objek berkecenderungan berkembang. Ini menyebankan objek lain dengan daya kembang yang rendah atau tanpa perlindungan akan termakan oleh yang memiliki daya kembang lebih atau lebih invasif.

Selain itu, kegiatan invasif ditentukan objek itu sendiri. Bahwa objek memiliki wewenang untuk mempertajankan diri tanpa tindakan invasif. Ini adalah pilihan karma yang memiliki dampak yang konsisten.

Secara karma, invasi ke arah kekosongan sejalan dengan tujuan penciptaan atau "bhumi" = bergerak mengisi setiap kekosongan. Dengan demikian, invasi ke arah kekosongan tidak akan menimbulkan perlawanan.

Invasi kedua adalah ke arah yang sudah ada objek lain. Invasi ke arah kekuasaan objek lain adalah karma yang berdampak perlawanan.
Jika dibahas secara kehendak diri, karma itu berdampak kehendak diri untuk memberi kesempatan di lain waktu kepada "salinan diri". Ya, benih salinan diri itu pasti ada di suatu titik dalam kekuasaan kita, kita memeliharanya dan secara perlahan memberi ruang dan kesempatan berkembang secara adil.

Secara tak terhindar, jiwa dan objek menerima "widhi" atau pencerah, bahkan waktu adalah pencerah yang membuat jiwa dan objek berkembang. Namun, terkait jiwa menerima atau menolak "widhi" atau pencerah adalah karma yang memiliki dampak masing-masing.

Jika pencerah ini dibuang maka jiwa atau objek menjadi kerdil dan atau mati. Kerdil atau mati juga ditentukan dominan oleh orang tua kandung atau guru rupaka dengan memberi ruang hidup. Jika orang tua dan guru memberi ruang sebesar pot kecil atau malah diberi racun  maka jiwqla atau objeknya menjadi mati atau kerdil ala bonsai.

Terakhir, jika kapasitas "widhi" dari jiwa atau badan tercapai, tergantung yang lebih dulu tercapai maka tiba pada kesempatan berkarma, selesai atau lanjut. Jiwa yang cukup dewasa dapat membuat karma yang berdampak. Sementara jiwa yang tidak cukup dewasa pasrah menerima dampak ķarma sebelumnya. Biasanya ini disebabkan oleh kerusakan parah pada badan yang digunakan sehingga tidak memungkinkan untuk melanjutkan hidup.

Tersisa bagi objek yang jiwanya sudah dewasa, memutuskan berhenti dari eksistensi atau berlanjut. Dia harus berkarma agar bisa lanjut atau berhenti. Jika lanjut, dia akan menerima badan baru untuk memulai siklus baru tapi dengan "widhi" yang cukup jumlahnya.

SB