"penafsiran" Kitab Masa Lalu

Dipostkan pada 2025-01-16 oleh Admin
Sebagaimana saya pernah tulis, kitab agama dan kitab masa lalu lainnya, dulu adalah kebenaran. Selama penulisnya masih hidup, semua pertanyaan dapat diajukan dan dijawab dengan sebenar-benarnya tanpa perlu berprasangka.
Dengan demikian, penulis kitab sangat benar mengatakan bahwa itu adalah kebenaran yang terakhir dan tidak ada kebenaran lain.
Namun, penulis adalah manusia, ada batas umurnya. Fakta eksistensi penulis menjadi salah. Benar bahwa penulis pernah hidup, namun salah jika disebutkan penulis masih hidup. Demikian pun terkait "kebenaran terakhir" yang ditulisnya. Salah satu fakta yang.membuatnya salah adalah, kelahiran orang-orang setelah kematiannya dan kemunculan orang-orang pintar dan penulis baru yang menemukan koreksi atas situasi masa lalu. Bahwa kebenaran di masa lalu, karena peningkatan kemampuan kesaksian dan kajian, ditemukan di hari berikutnya sebagai kesalahan.
Orang pintar dan penulis, terus bermunculan. Selama kehidupan berlanjut, tidak ada kata nabi/orang pintar terakhir. Jika orang tidak dapat menerima fakta adanya kelanjutan nabi/orang pintar, jiwanya pasti sedang mabuk, keracunan atau bahkan mati olej spirit alkoholik, atau terkurung di masa lalu bersama jasad nabi yang diakuinya itu.
Namun, manusia memiliki kecenderungan perlu belajar untuk menerima fakta yang mengoreksi kesalahan. Terhadap poin-poin yang salah dan atau istilahnya tidak jelas /tidak dimengerti, karena penulisnya sudah mati dan tentu saja tidak bisa diverifikasi, tindakan yang dilakukan orang adalah "menafsirkan".
Karena verifikasi penulis tidak ada, sepanjang ada kemiripan, semua penafsiran dikatakan "ada salahnya" namun secara psikologis, selalu dikatakan "ada benarnya". Jika ada lebih dari satu penafsiran berbeda terhadap sebuah pernyataan dalam kitab, semuanya tidak dapat disalahkan 100%, kecuali penulisnya hidup lagi dan memberi verifikasi. Inilah yang namanya "hidup sempoyongan" dari orang mabuk. Dua orang mabuk, jika keduanya melihat satu hal sebagai monyet dan kuda, keduanya tidak bisa dibenarkan. Karena orang mabuk alkoholik, penafsirannya tiada batas akibat tidak tahu wujud benarnya.
SB
Dengan demikian, penulis kitab sangat benar mengatakan bahwa itu adalah kebenaran yang terakhir dan tidak ada kebenaran lain.
Namun, penulis adalah manusia, ada batas umurnya. Fakta eksistensi penulis menjadi salah. Benar bahwa penulis pernah hidup, namun salah jika disebutkan penulis masih hidup. Demikian pun terkait "kebenaran terakhir" yang ditulisnya. Salah satu fakta yang.membuatnya salah adalah, kelahiran orang-orang setelah kematiannya dan kemunculan orang-orang pintar dan penulis baru yang menemukan koreksi atas situasi masa lalu. Bahwa kebenaran di masa lalu, karena peningkatan kemampuan kesaksian dan kajian, ditemukan di hari berikutnya sebagai kesalahan.
Orang pintar dan penulis, terus bermunculan. Selama kehidupan berlanjut, tidak ada kata nabi/orang pintar terakhir. Jika orang tidak dapat menerima fakta adanya kelanjutan nabi/orang pintar, jiwanya pasti sedang mabuk, keracunan atau bahkan mati olej spirit alkoholik, atau terkurung di masa lalu bersama jasad nabi yang diakuinya itu.
Namun, manusia memiliki kecenderungan perlu belajar untuk menerima fakta yang mengoreksi kesalahan. Terhadap poin-poin yang salah dan atau istilahnya tidak jelas /tidak dimengerti, karena penulisnya sudah mati dan tentu saja tidak bisa diverifikasi, tindakan yang dilakukan orang adalah "menafsirkan".
Karena verifikasi penulis tidak ada, sepanjang ada kemiripan, semua penafsiran dikatakan "ada salahnya" namun secara psikologis, selalu dikatakan "ada benarnya". Jika ada lebih dari satu penafsiran berbeda terhadap sebuah pernyataan dalam kitab, semuanya tidak dapat disalahkan 100%, kecuali penulisnya hidup lagi dan memberi verifikasi. Inilah yang namanya "hidup sempoyongan" dari orang mabuk. Dua orang mabuk, jika keduanya melihat satu hal sebagai monyet dan kuda, keduanya tidak bisa dibenarkan. Karena orang mabuk alkoholik, penafsirannya tiada batas akibat tidak tahu wujud benarnya.
SB