Beragama Penuh Keterbelakanan

Dipostkan pada 2025-01-16 oleh Admin
Antara orang yang taat beragama dan taat pada sains, memiliki 2 karakter "pegangan" yang sangat berbeda.
Ditelisik pada jaman yang sama, kitab agama dan kitab sains, boleh dikatakan sama, yaitu sumber pengetahuan yang benar dan tidak terbantahkan.
Namun, pada suatu waktu, masuknya orang-orang kegelapan membawa perubahan mendasar dari kebenaran yang dipegang. Kelompok orang kegelapan tidak dapat menerima koreksi atas kebenaran yang mereka pegang. Kemudian, mereka memisahkan diri dari orang-orang yang dapat menerima koreksi kebenaran sehingga kita mengenal pada akhirnya ada kitab agama dan ada kitab sains.
Kitab agama yang seiring bertambahnya waktu, makin banyak poin yang menyalahi kebenaran, makin kehilangan fungsi sebagai penerang kehidupan manusia, malah membuat manusia yang memegangnya dengan kuat, malah menjalani hidupnya sempoyongan, dan tidak dapat menyaksikan dunia dengan kejelasan yang memadai.
Jika diibaratkan, kitab agama dulunya sebagai gula, memberi tenaga dan mendukung kehidupan. Dengan makin bertambahnya waktu, komponen gula-nya mengalami peragian dan berubah menjadi alkohol, racun kehidupan.
Secara alamiah, karena sebagai racun, maka dilarang diminum.
Namun, masyarakat alam kegelapan menyesatkan manusia, dengan mengatakan hanya alkohol dan yang tercemar alkohol yang terlarang, sementara spirit yang sifatnya alkoholik dan memiliki bagian-bagian yang tercemar yaitu kitab masa lalu, dikatakan sangat diharuskan.
Jika fisik orang minum alkohol, bahkan digerakkan pun sulit. Namun, jika jiwa orang diberi alkohol, akan menimbulkan manusia yang jiwanya keracunan, mabuk bahkan mati. Jiwa yang tidak sehat menjadikan manusia mudah dijajah, mudah diadu domba, selalu terbelakang, tertinggal secara peradaban, kreativitas rendah, dan beragam indikasi keterbelakangan lainnya.
Jadi, sangat wajar negara yang sangat kuat berpegangan pada kitab masa lalu, termasuk kitab agama, dan disebut bangsa religius, selalu terbelakang dalam ilmu dan pengetahuan.
Khusus di Bali, masyarakat Bali termasuk religius, namun karena semakin kuatnya gerakan berpegang pada kitab masa lalu, menjadikan pergeseran ke kemajuan kehidupan menjadi lambat. Terlebih wilayah yang adatnya sangat kental, mungkin bisa kaya melalui desa wisata, namun secara ilmu dan pengetahuan, warganya akan tertinggal dari warga daerah lain, terutama warga perantau.
SB
Ditelisik pada jaman yang sama, kitab agama dan kitab sains, boleh dikatakan sama, yaitu sumber pengetahuan yang benar dan tidak terbantahkan.
Namun, pada suatu waktu, masuknya orang-orang kegelapan membawa perubahan mendasar dari kebenaran yang dipegang. Kelompok orang kegelapan tidak dapat menerima koreksi atas kebenaran yang mereka pegang. Kemudian, mereka memisahkan diri dari orang-orang yang dapat menerima koreksi kebenaran sehingga kita mengenal pada akhirnya ada kitab agama dan ada kitab sains.
Kitab agama yang seiring bertambahnya waktu, makin banyak poin yang menyalahi kebenaran, makin kehilangan fungsi sebagai penerang kehidupan manusia, malah membuat manusia yang memegangnya dengan kuat, malah menjalani hidupnya sempoyongan, dan tidak dapat menyaksikan dunia dengan kejelasan yang memadai.
Jika diibaratkan, kitab agama dulunya sebagai gula, memberi tenaga dan mendukung kehidupan. Dengan makin bertambahnya waktu, komponen gula-nya mengalami peragian dan berubah menjadi alkohol, racun kehidupan.
Secara alamiah, karena sebagai racun, maka dilarang diminum.
Namun, masyarakat alam kegelapan menyesatkan manusia, dengan mengatakan hanya alkohol dan yang tercemar alkohol yang terlarang, sementara spirit yang sifatnya alkoholik dan memiliki bagian-bagian yang tercemar yaitu kitab masa lalu, dikatakan sangat diharuskan.
Jika fisik orang minum alkohol, bahkan digerakkan pun sulit. Namun, jika jiwa orang diberi alkohol, akan menimbulkan manusia yang jiwanya keracunan, mabuk bahkan mati. Jiwa yang tidak sehat menjadikan manusia mudah dijajah, mudah diadu domba, selalu terbelakang, tertinggal secara peradaban, kreativitas rendah, dan beragam indikasi keterbelakangan lainnya.
Jadi, sangat wajar negara yang sangat kuat berpegangan pada kitab masa lalu, termasuk kitab agama, dan disebut bangsa religius, selalu terbelakang dalam ilmu dan pengetahuan.
Khusus di Bali, masyarakat Bali termasuk religius, namun karena semakin kuatnya gerakan berpegang pada kitab masa lalu, menjadikan pergeseran ke kemajuan kehidupan menjadi lambat. Terlebih wilayah yang adatnya sangat kental, mungkin bisa kaya melalui desa wisata, namun secara ilmu dan pengetahuan, warganya akan tertinggal dari warga daerah lain, terutama warga perantau.
SB