Bantuan Dan Batasan Karma

Dipostkan pada 2021-06-06 oleh Admin
Beberapa hari yang lalu, saya mengunjungi saudara perempuan sambil membeli bahan baku. Kunjungan saya disengajakan karena dia berencana memulai usaha warung makan di Kota Tabanan.
Saat ini pandemi, pertaniannya menghasilkan tidak seberapa. Suaminya mencoba beternak babi, namun ini pun hasilnya tidak seberapa. Berjualan secara kaki lima pun belum mencukupi kebutuhan standar untuk semua biaya hidup berenam, terlebih lagi dua anak tertua sudah memulai kuliah dan kelas SMA.
Saya menyemangati saudara perempuan saya agar berani dan segera mengontrak tempat untuk dimulainya usaha warung makan yang diminati. Hal ini berdasarkan kemampuan terbatas, bahwa suaminya tampak tidak bisa dan tidak mau memulai usaha berdagang.
Dalam sebuah diskusi santai di sela topik rencana memulai warung makan, terselip diskusi terkait kehidupan dan pemikiran sebagai perantau. Secara terbuka saya memaparkan pemikiran sebagai perantau yang dapat memberi kepastian untuk dapat hidup sejahtera di rantauan. Tapi, tentu saja ini jauh berbeda dengan pemikirannya sebagai orang yang tidak mau merantau. Secara mengejutkan, sebuah ungkapan keluar, "saudaramu ini tidak bener. Sebagai perantau ya begitu, dia menyukai kebebasan, dia orang yang tidak bener".

Ah, sepengalaman saya, bertahan dengan pemikiran "bener" atau " sudah di jalan yang benar" sementara diri kelaparan dan kekurangan biaya hidup, adalah tanda bahaya bahwa jalan hidup sedang salah. Tapi, itu semua disebabkan karma yang sudah "dibenarkan" dan diterima terdahulu. Karma tersebut kini akan menjadi tuhannya, pengendali karmanya kini, dan termasuk membatasi bantuan yang saya hendak berikan untuk menyelesaikan kesulitan ekonomi yang dihadapi keluarganya.

SB